Apa Saja Penyebab Melasma pada Wanita?

Apa Saja Penyebab Melasma pada Wanita?

Apa saja sebetulnya penyebab melasma pada wanita? Ketahui faktor penyebab melaspma pada wanita, mulai dari hormon estrogen dan pil KB, paparan sinar UV, faktor genetik, hingga pemakaian kontrasepsi dan kosmetik di sini!

Penyebab melasma pada wanita sering kali menjadi pertanyaan yang muncul ketika melihat bercak kecokelatan di wajah yang tak kunjung hilang. Melasma sendiri adalah kondisi hiperpigmentasi kulit yang ditandai dengan munculnya bercak berwarna cokelat hingga keabu-abuan, umumnya di pipi, dahi, hidung, atau atas bibir. Melasma memang tidak berbahaya, tetapi keberadaannya kerap menimbulkan rasa kurang percaya diri. 

Menariknya, melasma ternyata jauh lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Mengapa bisa begitu? Apakah hanya karena faktor hormon, atau ada pemicu lain yang ikut berperan? Daripada terus menebak-nebak, mari kita telusuri lebih dalam apa saja penyebab melasma pada wanita dan mengapa wanita lebih berisiko mendapatkannya dibandingkan dengan pria. Dengan begitu, kamu bisa lebih waspada dan tahu langkah pencegahan yang tepat agar melasma tidak semakin parah.

Melasma: Mekanisme dan Latar Belakang

Untuk memahami lebih jauh tentang penyebab melasma pada wanita, kamu perlu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kulit ketika bercak kecokelatan itu muncul. Kulit kita memiliki sel khusus bernama melanosit. Sel inilah yang bertugas memproduksi melanin, pigmen yang menentukan warna kulit, rambut, dan mata.

Saat terjadi rangsangan tertentu, misalnya perubahan hormon estrogen saat kehamilan, pemakaian KB hormonal, atau paparan UV dari sinar matahari, melanosit bisa menjadi lebih aktif dari biasanya. Akibatnya, melanin diproduksi berlebihan dan menumpuk di area tertentu. Inilah yang kemudian terlihat sebagai bercak melasma di permukaan kulit.

Menariknya, tidak semua melasma terbentuk dengan cara yang sama. Berdasarkan letak pigmen di lapisan kulit, melasma dibedakan menjadi tiga tipe utama:

1. Epidermal

Pada tipe ini, pigmen berlebih menumpuk di lapisan luar kulit (epidermis). Bercaknya biasanya berwarna cokelat tua dengan batas tegas, sehingga mudah dikenali. Untuk membantu melihat kedalaman pigmen, dokter sering menggunakan Wood’s lamp, sebuah lampu khusus yang memancarkan cahaya ultraviolet. Melalui pemeriksaan ini, pigmen di lapisan luar akan tampak lebih jelas, sehingga memudahkan diagnosis. Karena letaknya lebih dekat ke permukaan, melasma epidermal umumnya lebih responsif terhadap krim pencerah, eksfoliasi, dan perlindungan dari paparan UV.

2. Dermal

Berbeda dengan tipe sebelumnya, pigmen tipe ini berada di lapisan yang lebih dalam, yaitu dermis. Warnanya cenderung kebiruan atau abu-abu dengan batas yang samar. Pada Wood’s lamp, bercak ini tidak banyak berubah sehingga lebih sulit dideteksi. Letaknya yang dalam membuat melasma dermal lebih sulit diatasi dengan krim, dan kadang memerlukan prosedur tambahan seperti laser atau jenis perawatan lain yang lebih intensif.

3. Campuran

Seperti namanya, tipe ini merupakan gabungan dari epidermal dan dermal. Artinya, sebagian pigmen ada di lapisan luar, sebagian lagi menembus lebih dalam. Tampilan bercaknya bisa cokelat dan kebiruan sekaligus. Tipe campuran adalah yang paling sering dialami wanita, karena biasanya dipicu oleh kombinasi faktor seperti fluktuasi hormon estrogen saat kehamilan, penggunaan KB, serta paparan UV. Perawatannya sering kali membutuhkan pendekatan kombinasi dan hasilnya tidak selalu maksimal, sehingga diperlukan kesabaran dan konsistensi.

Faktor Hormonal sebagai Penyebab Melasma pada Wanita

Jika kamu perhatikan, melasma lebih sering dialami oleh wanita dibanding pria. Salah satu alasan terkuat di balik hal ini adalah pengaruh hormon. Mari kita bahas lebih detail beberapa kondisi hormonal yang terbukti berhubungan dengan melasma.

1. Hormon Estrogen dan Progesteron

Kedua hormon ini berperan penting dalam siklus reproduksi wanita. Saat kadarnya meningkat, jumlah reseptor melanin di sel kulit juga bertambah. Hal ini membuat kulit lebih sensitif terhadap paparan UV maupun peradangan ringan. Kombinasi inilah yang kemudian mendorong terbentuknya bercak gelap di wajah. Itulah sebabnya, perubahan hormon sering disebut sebagai salah satu penyebab utama melasma pada wanita.

2. Kehamilan (Mask of Pregnancy)

Melasma sangat umum terjadi pada ibu hamil, sampai-sampai dikenal dengan istilah mask of pregnancy. Peningkatan tajam hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan membuat kulit lebih rentan mengalami hiperpigmentasi. Tidak jarang, bercak gelap ini muncul atau semakin parah justru di trimester kedua dan ketiga. Pada sebagian wanita, melasma bisa memudar setelah melahirkan, tetapi pada lainnya dapat bertahan lebih lama.

3. Pil Kontrasepsi (KB Hormonal)

Penggunaan pil KB atau kontrasepsi hormonal lain juga sering dikaitkan dengan melasma. Kandungan estrogen dan progesteron di dalamnya dapat memicu reaksi serupa seperti saat hamil. Menariknya, beberapa penelitian menemukan bahwa meskipun penggunaan dihentikan, melasma tidak selalu hilang sepenuhnya dan bisa saja kambuh kembali jika terpapar sinar matahari berlebih.

4. Terapi Hormonal Lain

Selain pil KB, terapi hormon lain seperti hormone replacement therapy (HRT) yang biasa diberikan pada wanita menopause, maupun suplemen hormonal tertentu, juga berpotensi memperburuk melasma. Meskipun tidak semua orang mengalaminya, perubahan kadar hormon akibat terapi ini tetap bisa menjadi salah satu pemicu.

6 Faktor Non-Hormonal yang Memicu Melasma

Selain dipengaruhi oleh hormon, ada banyak faktor lain yang bisa memicu atau memperburuk melasma. Beberapa di antaranya mungkin tidak kamu sadari sehari-hari, tetapi ternyata berperan besar dalam membuat bercak gelap di kulit semakin terlihat jelas. Berikut adalah faktor non-hormonal yang perlu kamu waspadai:

1. Paparan Sinar UV

Paparan sinar matahari, khususnya sinar UV, merupakan pemicu utama melasma. Sinar ini merangsang melanosit untuk memproduksi lebih banyak pigmen melanin. Tidak heran jika bercak melasma sering memburuk saat musim panas atau ketika kamu sering beraktivitas di luar ruangan tanpa perlindungan. Bahkan, paparan sinar matahari sebentar saja bisa membuat melasma kambuh kembali meski sebelumnya sudah memudar.

2. Faktor Genetik atau Riwayat Keluarga

Jika kamu memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengalami melasma, risiko kamu untuk mengalaminya juga lebih tinggi. Beberapa penelitian menemukan bahwa hampir sepertiga hingga setengah penderita melasma melaporkan adanya riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Hal ini menunjukkan bahwa genetik memang berperan penting dalam menentukan kerentanan kulit terhadap hiperpigmentasi.

3. Gangguan Tiroid dan Kondisi Kesehatan Lain

Melasma juga dikaitkan dengan penyakit tiroid, baik hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) maupun hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif). Gangguan ini dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, yang pada akhirnya memicu produksi melanin berlebih. Selain tiroid, kondisi kesehatan kronis tertentu juga bisa berkontribusi, meski mekanismenya masih diteliti lebih lanjut.

4. Produk Kosmetik dan Skincare yang Iritatif

Beberapa produk kosmetik atau perawatan kulit yang mengandung zat iritan, pewangi, atau bahan kimia tertentu bisa memicu reaksi kulit berlebihan. Ada juga produk yang menimbulkan fototoksisitas, yaitu kondisi di mana kulit jadi sangat sensitif terhadap cahaya matahari. Akibatnya, risiko terbentuknya bercak melasma semakin meningkat.

5. Obat-Obatan yang Meningkatkan Sensitivitas Kulit

Selain kosmetik, obat-obatan tertentu juga dapat memengaruhi munculnya melasma. Obat antikejang seperti phenytoin, beberapa jenis antibiotik fotosensitif, obat tekanan darah, hingga NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) diketahui dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar UV. Jika kamu mengalami perubahan warna kulit saat mengonsumsi obat tertentu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

6. Stres dan Faktor Psikologis

Stres bukan hanya berpengaruh pada kesehatan mental, tetapi juga pada kulitmu. Saat kamu stres, kadar hormon kortisol meningkat, yang dapat memicu ketidakseimbangan hormon lain seperti estrogen. Kondisi ini pada akhirnya bisa memperburuk melasma. Stres kronis juga membuat kulit lebih rentan terhadap peradangan, yang semakin meningkatkan risiko hiperpigmentasi.

Coterie Clinic: Solusi Tepat untuk Mengatasi Penyebab Melasma pada Wanita

Melasma memang lebih sering dialami wanita karena adanya pengaruh hormon estrogen, kehamilan, dan penggunaan KB hormonal. Namun, bukan hanya faktor hormonal saja yang berperan. Paparan sinar UV, riwayat keluarga, gangguan tiroid, penggunaan kosmetik atau obat tertentu, hingga stres juga bisa menjadi pemicu yang membuat bercak gelap semakin terlihat.

Kesadaran dini sangat penting agar kamu bisa mengambil langkah pencegahan lebih cepat, misalnya dengan menggunakan tabir surya, memilih produk perawatan kulit yang tepat, dan menjaga kesehatan secara menyeluruh. Semakin awal kamu mengenali penyebab melasma pada wanita, semakin besar peluang untuk mengontrolnya sebelum menjadi masalah yang lebih serius.

Jika flek melasma sudah terasa mengganggu penampilan atau tidak kunjung membaik meski sudah mencoba berbagai cara, inilah saatnya kamu mempertimbangkan konsultasi dengan dokter kulit profesional.

Di sinilah Coterie Clinic hadir. Lebih dari sekadar klinik kecantikan, tempat ini dirancang sebagai Beauty Mall yang menghadirkan pengalaman perawatan kulit dan kecantikan secara menyeluruh. Sebagai bagian dari JPP Skin Laser Clinic yang sudah berpengalaman lebih dari 12 tahun, Coterie Clinic menawarkan suasana nyaman, layanan yang effortless, serta teknologi perawatan terkini. Dengan dokter berpengalaman dan tim profesional, kami siap membantu kamu menemukan solusi yang aman, efektif, dan sesuai kebutuhan kulitmu.

Atasi permasalahan melasma yang mengganggu rasa percaya dirimu sekarang juga. Saatnya ambil langkah tepat dan rasakan pengalaman perawatan modern yang menyenangkan bersama Coterie Clinic!

Referensi 1 2 3 4

Facebook
X
Telegram
WhatsApp